Proses panen dan pascapanen
Proses Panen dan Pascapanen Tanaman Hias
A. Panen dan Pasca panen Bunga Potong
a.) Panen Bunga potong
Kematangan
tanaman hias (organ bunga) merupakan suatu faktor penting, dan
kematangan dapat diketahui dengan memperhatikan dan memperkirakan ukuran
tanaman ataupun tingkat perkembangan (derajat membukanya kuncup bunga).
Sebagai contoh, pada mawar, keadaan kuncup merupakan stadia yang baik
dan pada stadia ini kebanyakan tanaman mawar tahan terhadap penyakit
fisiologis. Sedangkan bila perkembangan lewat dari keadaan kuncup atau
telah telah mekar sebagian, kualitas bunga yang diperoleh rendah dan
umur vas sangat singkat. Pemanenan sebaiknya dilakukan sewaktu bunga
mengandung banyak air, yaitu sekitar pukul 06.00 –08.00. Walaupun
demikian panenan juga dapat dilakukan pada pukul 16.00 – 17.00. Pada
saat tersebut, penyerapan air yang dilakukan oleh tanaman berlangsung
lebih banyak daripada penguapannya. Jika pemanenan dilakukan pada siang
hari, dikhawatirkan tanaman sudah mulai melakukan metabolisme aktif
sehingga daya tahan bunga terhadap kelayuan menjadi rendah.
Panen
tanaman hias (bunga potong) umumnya dilakukan secara manual. Penggunaan
alat-alat mekanik sangat sedikit, hanya pada alat-alat pengangkutan dan
alat pengikat (penyatu) satuan-satuan potongan (tangkai) bunga. Tujuan
panenan adalah untuk mengumpulkan komoditi pada tingkat kematangan yang
baik, dengan kerusakan dan kehilangan hasil yang rendah, secepat
mungkin, dan biaya murah. Alasan ini yang membuat panenan secara manual
lebih cenderung dipilih untuk tanaman hias terutama bunga potong.
Keuntungan-keuntungan panenan secara manual meliputi,
a)
Pemanen dapat memilih tingkat kematangan yang tepat sehingga
memungkinkan penentuan grade yang tepat, dan pemanenan dapat secara
berulang
b) Pemanen dapat menangani komoditi dengan tingkat kerusakan yang rendah.
c) Laju panenan dapat dengan mudah ditingkatkan dengan penambahan tenaga kerja.
d) panenan secara manual bermodal kecil.
Masalah
utama panenan secara manual terpusat pada tenaga kerja. Penyediaan
tenaga kerja merupakan masalah bagi petani. Tenaga kerja dapat sangat
mahal pada sat musim panen serentak. Meskipun demikian, kualitas
merupakan aspek yang sangat penting demi suksesnya pemasaran bungan
potong. Hal inilah yang menyebabkan sistim panen secara manual tetap
sebagai pilihan utama.
b.) Pasca panen bunga potong
Kelompok
tanaman hias bunga potong umumnya lebih banyak diminati karena bernilai
ekonomis tinggi dengan warna bunga yang menarik dan volume bunga yang
dapat mencapai jumlah yang besar. Tanaman hias yang bernilai ekonomis
sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan yakni; 1) berwarna
indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat; 2)
bunga dapat bertahan lama setelah dipotong; 3) tangkai bunga cukup
panjang dan kuat; 4) bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan; 5)
bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa
mengenal musim. beberapa jenis bunga potong yang terkenal di indonesia
adalah anggrek, krisan, mawar, anyelir, gladiol, gerbera dll. Untuk
mengurangi kehilangan hasil yang disebabkan oleh kerusakan yang sering
timbul setelah panen pada tanaman hias seperti layu, patahnya batang dan
daun, serta lepasnya kelopak bunga, maka diperlukan perhatian khusus
pada penanganan pasca panennya agar produk mempunyai fase hidup atau
daya simpan yang lama. penanganan pasca panen bunga merupakan suatu
kegiatan yang memberikan perlakuan-perlakuan terhadap bunga, setelah
bunga tersebut dipanen sampai bunga itu diterima oleh konsumen. Umumnya
penanganan pasca panen tanaman hias lebih banyak dilakukan untuk
kelompok tanaman hias bunga potong dibanding dengan kelompok tanaman
hias yang lain, hal ini karena pertimbangan nilai ekonomis bunga potong
dengan warna yang menarik dan volume bunga potong yang dapat mencapai
jumlah besar saat dilakukan pengiriman atau pemasarannya. Penanganan
pasca panen tanaman hias khususnya bunga potong bertujuan untuk:
1) memperkecil respirasi
2) memperkecil transpirasi
3) mencegah infeksi atau luka
4) memelihara estetika
5) memperoleh harga yang tinggi.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penanganan pasca panen tanaman hias. Untuk menerapkan
penanganan pasca panen tanaman hias bunga potong secara baik dan benar,
maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pasca panennya
yakni :
1. Kematangan bunga (flower maturity)
2. Persediaan bahan makanan
3. Temperatur 4. Persediaan air
5. Pertumbuhan mikroorganisme
6. Kualitas air
7. Etilen
8. Kerusakan mekanis
9. Penyakit
Adapun tahapan dari pasca panen tanaman hias bunga potong adalah sebagai berikut :
1.
Pengumpulan bunga yang telah dipotong Bunga-bunga yang telah dipotong
langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga) yang sesuai dengan
kebutuhan setiap jenis bunga. Tempat bunga tersebut hendaknya disimpan
pada suatu tempat yang teduh dan aman, terhindar dari percikan air atau
kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari kerusakan yang dapat
menurunkan kualitas bunga.
2.
Pengangkutan ke Tempat Sortasi Setelah selesai dikumpulkan, bunga
diangkut ke tempat sortasi untuk disortir dan diseleksi. Di tempat
sortasi, bila waktu untuk melakukan sortir bunga masih lama, sebaiknya
pangkal tangkai bunga direndam dulu di dalam bak berisi air bersih agar
bunga tidak cepat layu.
3.
Sortasi dan Seleksi Kualitas Bunga hasil panen diletakkan di atas meja,
dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa/diteliti satu
persatu untuk melihat kedaan bunganya, tingkat kemekaran bunga, keadaan
tangkai bunga yang meliputi panjang-pendeknya, lurus-bengkoknya,
besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya (vigor), serta kebersihan daunnya.
4.
Pengikatan/Pengelompokan Bunga (Bunching) Pada umumnya bunga dilakukan
pengikatan / pengelompokan, kecuali anthurium, anggrek, dan beberapa
bunga lainnya. Bunga dan daun-daunan yang telah diseleksi dan ditentukan
kriteria grading-nya, diikat dengan menggunakan tali atau karet menurut
aturan jumlahnya.
5.
Pembungkusan Setelah diikat menurut aturan jumlahnya, bunga harus
segera dibungkus dengan kertas atau plastik pembungkus sesuai dengan
jenis bunga yang akan dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan untuk
menjaga agar bunga terhindar dari kerusakan (lecet-lecet) sehingga
kualitas bunga tetap terjaga.
6.
Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet Pengawetan bertujuan untuk
memperpanjang kesegaran bunga potong. Zat pengawet digunakan pada empat
macam perlakuan yaitu : conditioning, pulsing, holding, dan pembukaan
kuncup. Conditioning. Merupakan perlakuan pemberian air pada bunga yang
layu dengan pendinginan, menggunakan air deionized yang mengandung obat
pembasmi kuman. Agen pembasah (0.01 – 0.1%) dapat ditambahkan, dan air
harus diasamkan dengan asam sitrat, hydroxyquinoline citrate (HQC), atau
almunium sulfat pada pH mendekati 3.5. Pulsing Merupakan perlakuan
dalam jangka waktu yang pendek setelah pemanenan, yaitu proses
perendaman dalam larutan yang mengandung nutrisi (glukosa atau sukrosa)
dalam jumlah yang tinggi dan anti oksidan. Holding solution Merupakan
larutan tempat dicelupkannya bunga-bunga sampai terjual atau larutan
yang digunakan oleh konsumen untuk keragaan bunga. Pada umumnya bahan
penyusun larutan pengawet adalah sumber energi, bahan penurun pH,
biosida, senyawa anti etilen dan zat pengatur tumbuh. Sumber energi yang
digunakan umumnya adalah sukrosa, tetapi glukosa dan fruktosa juga
efektif.
7.
Penyimpanan Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan bunga
dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa disimpan pada
suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air
bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu
yang agak lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan
berpendingin (cold storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban
udara yang tinggi, sekitar 90%.
8.
Pengepakan Untuk pengiriman ke tempat penjualan, bunga harus dikemas
dalam kardus/karton atau kontainer plastik yang berukuran sesuai dengan
panjang maksimal bunga, sehingga bunga bisa diatur rapi dan tetap
terjaga kualitasnya. Di Kebun Ciputri, dalam satu kardus berukuran 100 x
40 x 40 cm dapat diisi dengan 25 bungkus chrysant, dimana isi per
bungkusnya 10 tangkai. Untuk carnation dapat digunakan kardus berukuran
80 x 40 x 20 cm, yang dapat menampung 24-30 bungkus carnation, dengan
isi 10 tangkai / bungkus. Pada bidang-bidang yang berukuran 40 x 40 cm
untuk kardus chrysant, dan 40 x 20 m untuk carnation diberi
lubang-lubang, sebagai tempat pegangan tangan dan juga untuk ventilasi
udara di dalam kardus. 10. Fumigasi Fumigasi hanya dilakukan apabila
bunga tersebut akan di ekspor, dan negara tujuan ekspor mengharuskan
perlakuan fumigasi ini. Kerugian dari fumigasi adalah dapat menurunkan
vase life dari bunga yang difumigasi.
9.
Penanganan Eceran Setelah bunga tiba, bunga dipotong pada pangkal
batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera pada ruang dingin.
Sesudah bungkus dibuka, bunga ditempatkan pada ruang pendingin untuk
beberapa jam. Jika bunga bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut
diletakkan pada ember yang bersih atau jamban (vas) berisi bahan
pengawet.
10.Pengiriman
ke Tempat Penjualan Pengiriman bunga ke tempat penjualan dilakukan
dengan menggunakan mobil boks yang mempunyai pengatur udara ruangan (air
conditioner). Selama perjalanan, temperatur di dalam box mobil
diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 120C, sehingga
kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan
baik. Untuk pengiriman jarak jauh dapat dilakukan lewat kargo udara.
2.3. Panen dan Pasca Panen tanaman pot dan lansekap
Pada tanaman hias pada kelompok tanaman hias pot dan lanskep salah satu contohnya adalah lida mertua. Kegiatan panen dan pascapanen untuk tanaman pot dan lansekap tanaman ini secara umum meliputi:
(a)
Pemanenan, (b) Sortasi dan grading, (c) Pembersihan/pencucian, (d)
Penanaman/tranplantasi/repotting, (e) Pemeliharaan, (f) Pengendalian
OPT, (g) Pengemasan, dan (h) Pengangkutan.
a.) Pemanenan
Tujuan panen adalah memanen tanaman yang siap panen sesuai kualitas dan spesifikasi Sansevieria yang diminta pasar atau konsumen Tanaman lidah mertua, dapat dijual pada berbagai umur dan ukuran, sesuai dengan permintaan pasar. Tanaman tersebut harus diakarkan dahulu sebelum dijual. Tanaman yang minim perakarannya akan tidak optimal pertumbuhannya dan kurang tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan selama transit. Adapun prosedur pemanenan adalah sebagai berikut:
a. Fase panen; dilakukan dengan mengecek tanaman yang cukup umur dan sesuai dengan spesifikasi tanaman yang diinginkan konsumen seperti tinggi tanaman, jumlah bunga yang mulai mekar, jumlah daun, kondisi ujung daun, tanaman dalam keadaan sehat, mulus, tidak cacat dan lain-lain.
b.
Umur : 4 s/d 9 bulan, tergantung spesifikasi tanaman yang diinginkan.
Semakin tua, tanaman memiliki ukuran semakin tinggi dan rumpun semakin
banyak. Tanda-tanda dapat dipanen : (1) Tinggi tanaman yang dinginkan
biasanya 40 cm s/d 75 cm atau sesuai
spesifikasi yang diminta konsumen. (2) Jumlah daun tiap rumpun
disesuaikan dengan keinginan konsumen. (3) Rumpun dan helaian daun yang
sehat, mulus serta tidak patah ujung.
c. Waktu panen; dengan memperhatikan cuaca, seperti diupayakan supaya tidak dalam kondisi hujan.
d. Peralatan panen; Menggunakan peralatan yang bersih dan tajam serta bebas dari gangguan hama penyakit tanaman antara lain cangkul, garpu, gunting pangkas, pisau/golok, tali dan alat angkut.
e. Proses
pemanenan; Panen dilakukan secara hati-hati dengan cara membongkar
tanah diatas bonggol yang dipanen, sehingga terlihat bonggol yang akan
dipotong. Pemotongan bonggol dekat dengan indukan, untuk menghindari
busuk dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari memar/patah. Hindari
luka bekas potong terinfeksi dan usahakan mongering lukanya. Setelah
bekas potongan bonggol tanaman induk mengering, lakukan penimbunan
bonggol dengan tanah.
f. Prosedur pencatatan pada saat pelaksanaan panen penting dilakukan.
b.) Pasca panen
a. Sortasi dan Grading
Penyortiran dilakukan dengan pemilahan tanaman sesuai dengan mutu dan ukuran tanaman. Adapun prosedur penyortiran adalah sebagai berikut:
ü Mutu tanaman; pemisahan tanaman yang memenuhi standar sehat, kondisi akar, batang, dan daun tidak cacat.
ü Ukuran tanaman; pemilahan tanaman disesuaikan dengan tinggi tanaman, panjang, dan lebar daun.
Grading dilakukan berdasarkan menurut tinggi tanaman. Adapun prosedur grading dilakukan dengan mengelompokkan tanaman sesuai grade atau standar yang berlaku atau berdasarkan permintaan konsumen. Bila diperlukan, dikelompokkan sampai 3 grade, yaitu grade A, B dan C. Pengelompokkan juga dilakukan berdasarkan ukuran tinggi tanaman, bentuk, kelurusan daun, mulus, tidak cacat, sehat serta warna tanaman. Tanaman lidah mertua dipilih berdasarkan penampilan fisik secara umum, seperti, luka-luka/goresan/cacat pada daun. Penampilan tanaman pot yang akan dipasarkan perlu diperhatikan, karena standar untuk penilaian tanaman lidah mertua fokus pada penampilan umum tanaman.
b. Pembersihan/Pencucian
Pembersihan dilakukan dengan tujuan agar tanaman bersih dari kotoran yang menempel seperti tanah dan organisme pengganggu lainnya. Tahapan pembersihan/pencucian meliputi :
a. Bagian bonggol akar tanaman dipotong kemudian dibersihkan dari kotoran yang menempel.
b. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penyemprotan air bertekanan halus, kemudian dapat juga dilakukan dengan menggunakan larutan desinfektan seperti fungisida, selanjutnya tanaman ditiriskan dan dikeringanginkan.
c. Tanaman yang sudah bersih dan tiris dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan dalam posisi berdiri dan bonggol pada posisi di bawah.
d. Untuk tanaman yang tidak segera dikemas, tidak segera diangkut dan tidak langsung dikirim, tanaman disimpan dalam ruangan yang bersih dengan memperhatikan sirkulasi udara yang ada. Suhu penyimpanan juga perlu diperhatikan sesuai standar ketentuan yang telah ditetapkan
D. Penanaman/Tranplantasi/Repotting
Jika dalam jangka waktu yang lama dan pertumbuhannya terlalu rapat. pot dapat diganti dua kali dalam setahun. Sebelum dipindahkan, tanaman yang akan dipindahkan harus disiram terlebih dahulu sehari sebelumnya. Ketika tanaman dipindahkan, maka akar harus dipangkas/dibersihkan terlebih dahulu. Pot yang baru harus memiliki ukuran yang lebih besar, sehingga
dapat mendorong pertumbuhan akar. Selanjutnya pot juga harus diisi
dengan tanah atau media tumbuh dan setiap akar harus benar-benar
tertutup dengan media. Langkah selanjutnya pot tanaman juga harus disiram dengan baik dan ditempatkan di tempat yang teduh beberapa hari untuk menghindari terjadinya transpirasi dan cahaya yang berlebihan
E. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pemupukan.
a. Prosedur penyiraman dilakukan dengan menggunakan sarana/alat penyiraman yang memadai antara lain dengan menyemburkan air bertekanan halus ke bagian tanaman dan menyiram bagian pot/ media tanam.
b. Prosedur pemupukan dilakukan sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman dengan menaburkan atau menyiram pupuk di sekitar pohon.
F. Pengendalian OPT
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan dengan beberapa tindakan sanitasi yaitu:
a. Menjaga pot tanaman selalu bersih dan bebas dari debu/kotoran. Debu pada tanaman dapat dicegah dengan menggunakan senyawa pemberi kilap daun. Debu juga dapat dihilangkan dengan penyemprotan menggunakan air atau membersihkan tanaman dengan tangan, kapas, sikat lembut, atau spons dengan frekuensi pembersihan sekali dalam seminggu.
b. Hama dan penyakit pada tanaman juga dapat dikendalikan dengan membuang daun dan batang yang terinfeksi. Setiap bagian tanaman yang terinfeksi juga harus dibakar untuk mencegah penyebaran infeksi k tanaman lainnya.
c. Beberapa jenis hama dapat dihilangkan dengan mencuci daun dengan larutan deterjen.
d. Teknik lain yang dapat dilakukan adalah dengan membersihkan tanaman dari debu menggunakan aliran udara, seperti dari nozel vacum cleaner.
e. Daun yang sudah tua, layu, atau kering juga harus segera dipisahkan dari tanaman.
f. Pot juga harus terlindungi dari kontaminasi dengan dicuci menggunakan deterjen.
g. Jika teknik sanitasi sederhana tidak efektif, tanaman dapat disemprot dengan pestisida yang tepat sesuai dengan petunjuk. Tanaman harus selalu disemprot di luar ruangan untuk menghindari polusi udara di ruang tertutup. Setelah penyemprotan dengan menggunakan bahan kimia, tanaman harus disimpan dalam ruangan berventilasi.
G. Pengemasan
a. Ketentuan Umum
· Tanaman dikemas dengan bahan tertentu yang tidak mengganggu fisiologis tanaman, namun memudahkan dalam hal pengiriman.
· Kondisi tanaman tidak mengalami kerusakan akibat kegiatan penanganan.
b. Standar Prosedur Pengemasan
1) Kemasan untuk pengiriman melalui pesawat udara (untuk tanaman berukuran kecil sampai sedang):
· Bahan kemasan dipilih bahan yang cukup tahan terhadap tekanan beban sedang sampai dengan ringan, seperti kardus dan styrofoam.
· Jenis kemasan yang dapat digunakan antara lain adalah kardus dengan ukuran dan kapasitas tertentu. Diberi alas dengan menggunakan koran. Kemasan kardus dilubangi secukupnya pada kedua sisi agar tanaman masih dapat melangsungkan proses respirasi.
· Kardus/styrofoam harus ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat. Pencatatan tentang identitas pengirim dan alamat pengirim, nama isi kemasan, spesifikasi isi baik jumlah maupun grade juga dicantumkan.
2) Kemasan untuk pengiriman melalui kapal laut :
· Bahan peti kemas dipilih bahan yang cukup tahan terhadap tekanan beban dan ringan, antara lain terbuat dari kaso dan papan kayu yang ringan.
· Ukuran lebar dan tinggi disesuaikan dengan ukuran kontainer.
· Setiap lapisan/susun, pada bagian peti kemasan
· bagian dasarnya dialasi plastik dan styrofoam yang dibasahi untuk menjaga kelembaban. Dasar lapisan terbawah diberi jarak sekitar 10 cm, sehingga tidak kontak langsung dengan dasar lantai.
· Antar papan diberi jarak selebar papan, sehingga sirkulasi udara terjaga.
· Penyemprotan peti kemas dengan desinfektan disesuaikan dengan negara tujuan. Tidak semua negara mau menerima tanaman yang mengandung residu pestisida.
· Cara/prosedur penyusunan tanaman harus diperhatikan, jaga agar tanaman tidak mengalami kerusakan secara mekanis.
· Temperatur dalam kontainer juga harus diatur sekitar 160C.
· tap pada bagian dalam kontainer dilapisi kardus untuk menyerap air embun, sehingga tidak menetes ke bagian tanaman.
· Tanaman yang dikemas harus dalam keadaan bersih serta ditiriskan dan dikeringanginkan terlebih dahulu.
· Setiap box dituliskan grade, isi serta dituliskan alamat pengirim serta kepada siapa barang akan dikirim.
· Box yang sudah selesai dikemas ditempatkan di tempat yang teduh dan kering sebelum tanaman siap untuk dikirim, Pencatatan dilakukan pada setiap box.
· Untuk pengiriman barang, produsen dapat berkoordinasi dengan bagian cargo atau ekspedisi. Jenis media yang digunakan pada saat pengiriman juga diperhatikan. Untuk keperluan ekspor, media yang biasa digunakan adalah cocopeat.
3) Kemasan untuk pengiriman dengan menggunakan mobil box:
· Bahan kemasan dipilih yang cukup tahan tekanan beban sedang dan goncangan.
· Jenis kemasan yang dapat digunakan antara lain adalah styrofoam dan kardus dengan ukuran dan kapasitas tertentu, styrofoam diberi alas dengan menggunakan koran.
· Kemasan kardus dilubangi pada kedua sisi agar tanaman masih dapat melangsungkan proses respirasi. Pastikan tanaman tidak dalam keadaan rusak dan kering air.
· Kardus/styrofoam harus ditutup serta dilakban dengan rapat dan kuat.
· Cara/prosedur penyusunan tanaman juga harus diperhatikan, jaga agar tanaman tidak mengalami kerusakan secara mekanis.
· dalam kontainer diatur sekitar 160C.
· Pencatatan tentang identitas pengirim dan alamat pengirim, nama isi kemasan, spesifikasi isi baik jumlah maupun grade juga dicantumkan.
H. Pengangkutan
Prosedur pengangkutan meliputi pengaturan kelembaban ruang di kendaraan dan pengangkutan kemasan ke alat transportasi.
a. Pengaturan kelembaban ruang di kendaraan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
· Menempatkan pot dalam kardus secara benar.
· Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan sarana angkutan berupa blower/alat pendingin.
· Menata kardus/peti sesuai dengan kekuatan/ketahanan kardus agar diperoleh sirkulasi udara yang memadai.
b. Pengangkutan kemasan ke alat transportasi
o Penyiapan sarana/alat angkut yang memadai.
o Kemasan diangkut ke alat transportasi dengan menggunakan troli atau alat bantu lain yang sejenis.
2.4 Pemasaran Tanaman Hias
2.1 Strategi Pemasaran
Pemasaran
merupakan suatu proses interaksi sosial antara individu dengan
kelompoknya untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan
diperoleh dengan menciptakan, menawarkan, serta melakukan pertukaran
barang dan jasa kepada pihak lain.
Pemasaran
yang baik bukan sebuah kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan dan
pelaksanaan yang cermat. Membuat keputusan yang benar tentang perubahan
tidak selalu mudah.
Kotler
P. (2003) menjelaskan bahwa langkah awal strategi pemasaran yang
efektif adalah orientasi yang tepat pada fungsi pemasarannya. Pada
dasarnya konsep pemasaran terdiri dari empat pilar yaitu tahap sasaran
pasar, kebutuhan pelanggan, pemasaran terintegrasi, dan kemampuan
menghasilkan laba. Konsep pemasaran menegaskan kunci
untuk mencapai sasaran adalah penjual harus lebih efektif dibanding para
pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai
pelanggan (segmentasi dan target pasar) dan bagaimana
perusahaan melayaninya (positioning). Penentuan strategi menggunakan
bauran pemasaran 4P (product, price, promotion dan place) juga digunakan
sebagai dasar penentuan strategi pemasaran yang dijalankan. Melalui
tahapan evaluasi dapat diketahui perlu atau tidaknya penambahan maupun
perubahan strategi secara keseluruhan yang bermanfaat untuk
keberlangsungan usaha di masa yang akan datang.
2.2 Analisis Lingkungan Internal Pemasaran
Analisis
lingkungan internal pemasaran merupakan faktor-faktor yang terdiri dari
variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan) yang ada dalam pemasaran.
Kekuatan merupakan faktor-faktor yang merupakan keunggulan bersaing yang
dimiliki oleh penjual di pasar sasaran ,sedangkan kelemahan merupakan
faktor-faktor yang menjadi kekurangan penjualan dibandingkan dengan
pesaingnya dalam pasar
2.3. Marketing Mix
Dalam
marketing mix tanaman hias mencakup beberapa hal yang perlu dilakukan
yaitu diantaranya memasarkan produk, promosi, distribusi, harga dan
kemasan. Berikut adalah penjelasanya.
2.3.1 Produk
Salah
satu kunci membangun strategi pemasaran adalah menawarkan produk yang
sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sebagus apapun produk yang ditawarkan
jika tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan akan ditolak. Produk usaha
bisa dibagi menjadi 2 bagian yaitu produk utama dan produk pendukung.
Usaha penjualan tanaman hias ini lebih baik lagi bila melakukan survey
kebutuhan pelanggan terlebih dahulu agar produk yang diberikan sesuai
dengan pilihan mereka. Dari hasil survey tersebut, bisa ditentukan
jenis-jenis apa saja yang bisa disediakan di kios tanaman hias “Taman
Puspa”.
2.3.2 Harga
Menetapkan
harga sebuah tanaman hias itu mudah, meski tidak semudah yang
dibayangkan. Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan. Salah satunya
adalah melihat harga pesaing. “Taman Puspa” harus menentukan ingin harga
lebih mahal atau lebih murah dibandingkan pesaing. Untuk menentukan
harga yang lebih mahal bisa dilakukan dengan pengemasan (diletakkan di
pot keramik yang lebih mahal) sehinga harganya tentu lebih mahal. Dalam
bisnis tanaman hias, terdapat strategi-strategi penentuan harga yang
bisa dilakukan, antara lain :
Ø
Block Pricing : Bisa diartikan sebagai harga borongan. Harga ini
dipatok agar pembeli bisa memilih untuk membeli borongan atau eceran.
Cara ini biasa digunakan oleh pedagang tanaman hias yang mau cuci
gudang. Namun, bisa juga dimanfaatkan oleh nursery yang menjual
tanaman-tanaman yang susah dijual eceran.
Ø
Commodity Bundling : Beberapa produk yang tidak sejenis dijual dalam
satu paket harga. Misalnya, membeli sejumlah anthurium dengan tambahan
beberapa pot aglaonema. Maksudnya, supaya semua tanaman bisa terjual
Ø
Price Discrimination : Diskriminasi harga artinya konsumen yang sama
diberi harga berbeda karena pembelian volume berbeda. Jika konsumen
membeli satuan dengan harga Rp 100.000,- per pot, ia akan mendapat harga
Rp 60.000,- per pot jika membeli 100 pot. Konsumen bisa diberi harga
prospek. Harga yang diberikan lebih rendah dibandingkan dengan harga
normal kalau konsumen dianggap memiliki prospek, yakni bisa menjual
banyak dan pandai memasarkan tanaman kita.
2.3.3 Promosi
Promosi
merupakan faktor yang sangat penting dalam pemasaran. Promosi adalah
usaha sadar untuk melakukan sosialisasi, penerangan and pemberitahuan
kepada masyarakat tentang berbagai informasi yang biasanya mengenai
berbagai produk yang ditawarkan. Aktivitas promosi melibatkan berbagai
bentuk dan variasi yang sangat beragam.
Bentuk promosi yang bisa dilakukan adalah :
Ø Open house dan Promosi dari mulut ke mulut : Mulailah dari tetangga yang paling dekat dan orang-orang di lingkungan tempat tinggal. Satu
orang memberikan penjelasan kepada orang lain karena merasa mendapatkan
manfaat yang baik dari tanaman hias yang dibeli. Promosi ini sangat
efektif karena biasanya orang lebih percaya kepada apa yang dikatakan
oleh saudara ataupun teman-teman yang sudah merasakan terlebih dahulu.
Ø
Iklan, yaitu penyebaran informasi produk melalui berbagai media. Iklan
yang murah bisa berbentuk brosur, leaflet dan juga spanduk yang dipasang
di sekitar wilayah dimana konsumen berada. Dengan demikian informasi
lengkap bisa didapatkan oleh target konsumen. Sebarkan juga brosur dan
leaflet ke sejumlah instansi-instansi pemerintah yang sering mengadakan
acara dan membutuhkan dekorasi berupa tanaman hias dan jangan ragu pula
untuk beriklan di media massa seperti surat kabar dan radio.
Ø
Rajin mengikuti pameran tanaman hias. Belilan tanaman hias yang jarang
terdapat di daerah setempat dan dipajang di depan stand untuk menarik
pembeli.
sumber:http://ajilmuhajir21.blogspot.co.id/2018/04/proses-panen-dan-pascapanen-tanaman-hias.html
Komentar
Posting Komentar